Archive for August, 2008

Valentino Rossi Biography

August 15, 2008

VALENTINO ROSSI dilahirkan di Urbino tanggal 16 Februari 1979. Anak dari Graziano Rossi. Valentino, mulai membalap di kejuaraan motor mini pada tahun 1992.

Tahun 1993 memulai debutnya bersama Cagiva di kejuaraan Italiano Sport Production kelas 125 cc dan menduduki posisi ke-12 musim itu. Tahun 1994 masih bersama Cagiva ia menduduki urutan pertama di klasemen. Tahun 1995 ia pindah ke tim Sandroni-Aprilia dan memenangkan kejuaraan 125 cc Italia dan di tahun yang sama berada di urutan ketiga di kompetisi Eropa.

Tanggal 31 Maret 1996, kesempatan itu datang juga, debut di kejuaraan dunia kelas 125 cc masih bersama Aprilia di tim Scuderia AGV, Valentino terbang ke Malaysia untuk balapan pertamanya. Dia masih berusia 17 tahun, berat 70 kg, termasuk pemain paling berat di kelasnya. Saat itu dia finish di urutan keenam. Kemudian di seri berikutnya di Spanyol dan Italia, Valentino finish di urutan keempat.

Kemudian Valentino akhirnya berhasil naik podium di Austria, saat dia finish di urutan ketiga.

Hari itu tanggal 4 Agustus 1996. Tavullia pun mengadakan pesta. Itu belum semuanya. Dua minggu kemudian dia menang di Brno dan kemudian berada di posisi kelima saat berlomba di Imola. Dengan sedikit kecewa, karena Imola hanya sepelemparan batu dari kota kelahirannya!

Pada tahun 1997, Valentino kembali mencoba merintis jalan untuk meraih gelar juara dunia di kelas 125 cc dan kali ini dia berhasil, meraih 11 kemenangan dalam satu musim: diantaranya termasuk kemenangan di Mugello dan Imola. Setiap kemenancan Valentino selalu dimeriahkan dengan aksi kreatif khas Vale: mulai dari bergaya ala Robin Hood sampai dengan membawa sebuah boneka karet yang diberikan oleh fansnya.

Tahun 1998 Vale naik ke kelas 250cc, tetap bersama tim Aprilia Nastro Azzura, dan setelah melalui awal yang buruk [banyak sekali mengalami kecelakaan saat membalap], Vale memenangkan lima seri terakhir musim itu meskipun tidak bisa meraih gelar juara dunia [sebagai catatan, musim itu setiap kali Vale berhasil finish tidak pernah di luar tiga besar, selalu naik podium].

Tahun 1999 Vale yang masih betah di Aprilia, memulainya dengan tidak menggembirakan, tapi setelah dua seri, dia bangkit dan memulai serangkaian sukses sampai akhir musim dengan 9 gelar juara seri, dan membawanya menjadi juara dunia kelas 250 cc saat dia baru berusia 20 tahun.

Tahun 2000, Valentino berkat pendekatan dari Michael Doohan, memutuskan pindah ke tim baru, Nastro Azzuro Honda, dan hijrah ke kelas lebih tinggi 500 cc. Sampai setengah musim Vale tampak berusaha menyesuaikan diri dengan motor barunya, dia sering terjatuh, sama seperti saat dia baru masuk ke kelas 125 cc dan 250 cc, dan kemudian bangkit di pertengahan musim. Vale mulai stabil naik podium demi podium, tapi kebangkitannya sudah terlambat, karena selisih nilai dengan Kenny Roberts terlanjur jauh.

Valentino Rossi

Peristiwa Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945

August 15, 2008

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang  baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Maeda, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi.  Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti “tranfer of power”. Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno,  Jalan Pegangsaan Timur no2 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Herdiningrat, seorang prajurit PETA,  dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ( Sang Saka Merah Putih ), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD45 Indonesia . Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuania yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnyaoleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Sumber: Wikipedia